Letak desa Umpungeng yang berada pada ketinggian 1000 m diatas permukaan laut dan terletak +-50 km sebelah barat Kota Watang soppeng berbatasan dengan Kab.Barru sebelah barat dan Kab.Bone di sebelah Selatan. Wilayah yang beradah dilereng Gunung Poso ini merupakan daerah dengan curah hujan paling tinggi diantara wilayah lain di kabupaten Soppeng yang secara geografis terbagi 3 Kampung yang dibatasi oleh masing-masing sungai yakni antara Sungai Lebba-e dengan Sungai Lasaurung terdapat Kampung Bulu batu dan antara Sungai Ladengeng dengan sungai Yawangpulo terdapat Kampung Umpungeng satu dan Umpungeng dua. Aliran sungai-sungai tersebut bermuara ke sungai Langkemme yang selama ini merupakan pengsuplay utama irigasi kawasan kec. Mario Riwawo,Lajjoa, Cabenge dan Sekitarnya.
Kondisi wilayah Umpungeng umumnya pegunungan, hal tersebu tidak memungkinkan penduduk setempat mengelola persawahan sehingga penduduk di tiga Kampung tersebut umumnya bercocok tanam dengan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman padi merah, sayur-sayuran, Singkong,umbi-umbian hingga tanaman keras seperti Nangka, Cokelat, Cengkih, Durian dll. Hasil pertanian penduduk umumnya dikomsumsi sendiri. Gaya bercocok tanamnya pun pada awalnya berpindah-pindah.Hal ini di dorong oleh pengetahuan pertanian yang kurang memadai dan hanya mengelola kebun secara berpindah-pindah. Mereka menganggap bahwa kebun yang sudah sering ditanami lambat laun akan berkurang produktifitasnya dan harus mencari lahan baru. Alasan tsb boleh jadi ada benarnya, mengingat letak perkebunan di lereng-lereng gunung yang memiliki tekstur lahan miring hingga 60o. Hal yang menarik dari penduduk setempat adalah budaya kekeluargaan dan gotong-royong yang masih kental. Sehingga untuk membuka lahan perkebunan baru tidak sulit dan tidak membutuhkan waktu lama untuk melakuknnya.
Kondisi alam yang asri dan aliran sungai deras,bening diantara bebatuan yang bersih dikaki pegunungan juga menyimpan potensi lain. Jenis Ikan Moa (kaya kandungan omega3+protein) dulu banyak dijumpai disepanjang sungai disekitar. namun kini sudah mulai langkah akibat perburuan liar oleh para pendatang didaerah ini. Berbagai species seperti ikan mas dan keong kecil disepanjang aliran sungai kini sudah mulai langka akibat tradisi menangkap lindung dan jenis species lainnya dengan cara menebar racun (sejenis portas) di hulu sungai.
Sumber mata pencaharian utama yang merupakan warisan turun temurun penduduk setempat adalah Produksi Gula Areng.